Foke Pemimpin Visioner

Fauzi Bowo/Net
Fauzi Bowo/Net

BICARA tentang Fauzi Bowo alias Foke dan Kota Jakarta maka akan muncul cerita dilempar asbak Gubernur DKI Jakarta 1966-1977 Ali Sadikin, penyerahan aset Taman BMW atau Jakarta International Stadium (JIS), melanjutkan membangun koridor Transjakarta Sutiyoso, ERP, JLNT, MRT, ITF, BKT, polder, waduk, pengerukan kali, konsep megapolitan, sampai gagasan besar Pelabuhan Internasional Marunda dan Tanggul Laut Raksasa. 

Semua data dan informasi tersebut cukup sebagai bukti kalau Foke adalah anak asli Betawi, pemimpin dan mantan Gubernur DKI Jakarta yang visioner.

Boleh jadi sepanjang republik ini berdiri,  belum pernah ada putra Betawi yang punya prestasi sehebat Foke.

Pengabdian Foke untuk membangun dan memajukan Jakarta tulus dan ikhlas. Foke tak pernah berpikir jabatan gubernur adalah batu loncatan untuk mencapai posisi tertinggi sebagai Presiden Republik Indonesia. 

Atas hal ini, ketika itu banyak pihak yang menyayangkan sikap Foke, termasuk dari para pemerhati politik pada level internasional. Namun bagi Foke, dedikasinya adalah untuk memajukan masyarakat dan Kota Jakarta. 

Terkait pemimpin Betawi visioner dan Kota Jakarta, pada 1 Juni 2023, bertempat di bilangan Menteng Jakarta Pusat, kami jumpa Bang Foke. Foke datang mengenakan celana jeans biru dan berbaju batik. 

Penampilan Foke necis. Di pergelangan tangan kanannya terlilit jam tangan bertali kulit orange. Topi pet kuning dan batu cincin biru kehitam-hitaman di jari manis tangan kiri, membuat Foke makin terlihat keren. Gaya bicara khas Betawi Foke kental tetapi sangat bermakna dan dalam. 

Turut hadir pada pertemuan dengan Bang Foke adalah, Amir Hamzah, Budi Siswanto, Rico Sinaga, Tom Pasaribu, dan  mantan Asisten Sekda Pemprov DKI Jakarta bidang keuangan yang juga eks komisaris utama PT Ancol Makmun Amin. 

Kami berdiskusi panjang, hampir tiga jam lamanya. Banyak hal dibahas, dari masalah ekonomi nasional, politik, global warming, dan isu-isu lingkungan. Untuk soal isu-isu nasional ini akan kita ulas pada waktu lain. 

Untuk saat ini, kita fokus membahas diskusi  tentang Pemprov DKI Jakarta. Khusus soal DKI Jakarta kita membahas tentang masalah-masalah lama Jakarta dan terkini, termasuk progres kemajuan Kota Jakarta. Dalam hal ini, semua orang mengetahui Foke adalah gubernur DKI Jakarta yang sangat paham Kota Jakarta. 

Insinyur tata kota jebolan Jerman ini adalah satu-satunya pegawai negeri sipil atau PNS yang sukses meniti karir di Pemprov DKI. Selama karirnya, Foke pernah menjabat sebagai Plt Kepala Biro Kepala Daerah DKI, Kepala Dinas Pariwisata, Sekda hingga menjadi Gubernur DKI Jakarta.

Tentang Bang Ali Sadikin, menurut Foke mantan Gubernur Jakarta yang diangkat Presiden Soekarno itu adalah mentornya. Ali Sadikin adalah gubernur yang sangat berjasa dalam mengembangkan Jakarta menjadi sebuah kota metropolitan yang modern. 

Di bawah kepemimpinan Bang Ali Jakarta mengalami banyak perubahan karena proyek-proyek pembangunan buah pikiran Bang Ali, seperti Taman Ismail Marzuki, Kebun Binatang Ragunan, Taman Impian Jaya Ancol, Taman Ria Monas, Pekan Raya Jakarta atau Jakarta Fair. 

Ketika itu, Ali Sadikin juga berhasil memperbaiki sarana transportasi di Jakarta dengan mendatangkan banyak bus kota dan menata trayeknya, serta membangun halte (tempat menunggu) bus yang nyaman. 

Salah satu karya fenomenal Bang Ali Sadikin adalah program perbaikan kampung Muhammad Husni Thamrin (MHT). Program ini lahir dari hasil blusukan Bang Ali Sadikin ke pelosok-pelosok kampung-kampung busuk di Jakarta. Program MHT ini fenomenal karena sangat dirasakan mamfaatnya bagi masyarakat Jakarta.

Terkait hasil karya Bang Ali Sadikin tersebut, tokoh penting Betawi ini lalu menegaskan bahwa mantan Gubernur DKI Jakarta Bang Ali Sadikin harus mendapat pengormatan. 

Lalu pada tanggal 10 Desember 2007 Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo menyerahkan Piagam Penghormatan Akademi Jakarta kepada Ali Sadikin. 

Lebih lanjut Foke juga menegaskan, Bang Ali adalah gubernur yang meletakan dasar  pondasi yang kokoh untuk pembangunan Kota Jakarta. Foke yang sempat menjadi anak buah Bang Ali Sadikin ini juga bercerita bahwa dia merasa bersyukur pernah dilempar asbak oleh Ali Sadikin. 

Kemudian, sambil tersenyum Foke melanjutkan, akibat lemparan asbak itu, kata Foke, akhirnya dia bisa dikenal dan sukses meraih jabatan tinggi di DKI Jakarta. Jabatan tinggi itu selama 15 tahun, yakni 5 tahun menjadi sekda, 5 tahun wakil gubernur dan puncaknya 5 tahun sebagai gubernur DKI Jakarta. 

Kemudian, demi menghormati dan menghargai jasa-jasa Bang Ali Sadikin, saat menjabat  gubernur DKI Jakarta, Foke ingin membangun pelabuhan internasional milik DKI di Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK Marunda, Jakarta Utara. Prosesnya tentu berkoordinasi dan bekerjasama dengan pemerintah pusat. 

Pelabuhan yang direncanakan dibangun itu, kata Foke akan diberi nama Pelabuhan Internasional Ali Sadikin. 

Gagasan ini dilatarbelakangi dari keberadaan Pelabuhan Tanjung Priok yang meski ada di Jakarta tetapi bukan milik DKI. Sehingga tak memberikan keuntungan deviden kepada Pemprov DKI Jakarta. 

Selain itu, Foke juga merencanakan Pelabuhan Internasional Marunda menjadi  pusat logistik untuk mendukung kegiatan ekspor dan impor di DKI Jakarta. 

Sebab ketika itu, menurut Foke, Pelabuhan Marunda nantinya bisa menunjang Pelabuhan Tanjung Priok dalam menampung logistik ekspor dan impor dari sejumlah negara. 

Namun sayang cita-cita besar dan mulia membangun pelabuhan internasional dengan nama Ali Sadikin di Marunda belum bisa terwujud. Tetapi setidaknya publik mengetahui bahwa Foke adalah gubernur DKI Jakarta yang sangat menghormati dan menghargai jasa-jasa Ali Sadikin.

Berdiskusi dengan mantan Gubernur DKI Jakarta yang juga eks Duta Besar RI untuk Republik Federal Jerman Fauzi Bowo tak akan pernah ada habisnya. Selain juga berlatarbelakang akademisi, pengalaman dalam dan luar negeri membuat pembicaraan dengan Bang Foke sangat bermakna. Atau bisa diistilahkan berdiskusi dengan Bang Foke isinya daging semua.

Khusus untuk program dan gagasan  Foke yang belum tuntas di era gubernur DKI saat ini, seperti, jalan berbayar atau electronik road pricing (ERP), pengelolahan sampah modern atau intermediate treatment facility (ITF), jalur Koridor 14 dan 15 Transjakarta, konsep megapolitan, Pelabuhan Internasional Marunda dan Tanggul Laut Raksasa atau Giant Sea Wall akan Saya buat tulisan khusus pada waktu lain. []

Penulis adalah Ketua Koalisi Rakyat Pemerhati Jakarta Baru (Katar)