RMOL. Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan bukti pemerintahan Joko Widodo tak serius dalam mengelola negara. Sekalipun, yang naik adalah harga BBM non subsidi.
- Sentil Kerumunan Kunjungan Jokowi, DPRD DKI: Pemimpin Harus Jadi Teladan
- Survei Y-Publica: Demokrat Dan PSI Melesat
- Peta Elektoral Calon Presiden: Ridwan Kamil Melaju, Prabowo Teratas
Baca Juga
"Naiknya harga BBM yang kesekian kali ini membuktikan pemerintah tidak pernah serius mengelola negara. Agar rakyat diam, mereka menaikkanya di malam buta," ungkap Ketua umum Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Irfan Ahmad Fauzi dalam keterangan tertulis yang diterima Kantor Berita Politik RMOL, Senin (2/7).
Irfan menyebut pemerintah mempermainkan rakyat. Kenaikannya dilakukan diam-diam. Kenaikan harga BBM, katanya, juga menunjukkan pemerintah mencekik rakyat di tengah sulitnya beban hidup.
Ia pun menuding Menkeu Sri Mulyani Indrawati (SMI) sudah ingkar janji, karena pada pembahasaan RAPBN 2017, ekonom yang pernah menjabat direktur di Bank Dunia itu berjanji tidak akan menaikan harga BBM.
"Dulu pas tahun 2017, Bu Sri Mulyani mengatakan tidak akan ada kenaikan harga BbM dan gaselpiji 3 kilo. Tapi faktanya sekarang BBM dinaikkan berkali-kali," tegasnya.
Bahkan di berbagai daerah, BBM khususnya pertamax dan gas elpiji 3 kg sudah naik. Praktis, di tahun-tahun politik kondisi rakyat kian tak menentu.
Harga BBM naik per Minggu, 1 Juli 2018. Jenis Pertamax dijual Rp 9.500/liter atau naik Rp 600. Pertamax Turbo Rp 10.700/liter atau naik Rp 600. Sementara Pertamina Dex Rp 10.500/liter atau naik Rp 500.
"Saya juga dapat info dari kader di daerah, BBM sudah pada naik dan gas elpiji juga naik," pungkas Irfan.[dem]
- Nyatakan Sikap, DPD Demokrat Se-Indonesia Minta AHY Pecat Kader Khianat
- Kunjungannya Timbulkan Kerumunan, Jokowi Mau Dilaporkan Ke Polisi
- IPW Desak Kapolri Copot Dirreskrimsus PMJ, Begini Respons Polda Metro