Mega Ungkit Petugas Parpol, Jokowi Untung

DI arena Kongres IV PDIP di Sanur Bali, Megawati selaku Ketua Umum PDIP berulang kali mengungkapkan soal "petugas partai". Pernyataan tersebut diduga kuat ditujukan kepada Presiden Joko Widodo yang merupakan kader PDIP dan yang menjadi presiden karena dicalonkan oleh PDIP.


Makna pernyataan Megawati adalah selaku petugas partai semestinya Presiden Jokowi mentaati dan melaksanakan arahan partai, khususnya arahan dari ketua umum. Ungkapan petugas partai juga bisa untuk menegaskan bahwa posisi Megawati itu lebih tinggi daripada posisi Jokowi.

Sikap Megawati dipertegas dalam pidato penutupan Kongres, yang menyatakan dirinya seperti presiden karena memiliki pengikut yang banyak, tersebar dari sabang sampai merauke, dari pusat hingga tingkat anak ranting. Sekali diperintah bergerak maka langsung bergerak.

Pidato Megawati sejatinya merupakan puncak kegundahannya. Namun, Megawati mungkin lupa bahwa keunggulan Jokowi selama ini adalah di pencitraannya. Menyerang Jokowi di arena terbuka sangat tidak produktif dan bahkan bisa menjadi blunder untuk Megawati sendiri. Sebagaimana blunder Taufik Kiemas yang menyerang SBY sebagai Jenderal kekanak-kanakan.

Melalui pidato Megawati, akhirnya rakyat mengetahui bahwa intervensi partai politik itu memang nyata adanya. Jokowi selaku presiden tidak bisa menjalankan hak prerogatifnya secara mutlak. Bahkan, rakyat bisa berpikir bahwa meroketnya harga-harga merupakan kesalahan Megawati yang tidak memberikan keleluasaan Jokowi untuk bekerja.

Jadi, Jokowi sangat diuntungkan dengan Pidato Megawati. Di saat kepercayaan publik terhadap kinerjanya menapaki lereng menukik. Muncul pidato Megawati yang dengan terang mengkonfirmasi adanya intervensi partai. Akhirnya, rakyat yang mulai berpaling memutuskan untuk kembali mendukung Jokowi.

Oleh Sya'roni, Sekretaris Jenderal Humanika (Himpunan Masyarakat Untuk Kemanusiaan dan Keadilan)