Pasar Keuangan Indonesia Diprediksi Masih Positif di Tengah Ancaman Gagal Bayar Utang AS

Bendera Amerika Serikat/Net
Bendera Amerika Serikat/Net

Di tengah kegalauan ekonomi global gara-gara ancaman gagal bayar utang AS, PSI masih yakin dengan ekonomi Indonesia. Pasar lokal masih terus menunjukkan signal positif. 


“Kita lihat saja dari aliran modal asing yang masuk, capital in-flow yang masuk lewat Surat Berharga Negara (SBN) per 21 Mei 2023 sebesar Rp60,65 triliun (year to date)," kata Ketua DPP Partai PSI Andre Vincent Wenas dalam keterangannya, Selasa (23/5).

Karena adanya capital inflow itu maka dikatakan pasar SBN kita suportif. Investor percaya pada pemerintah yang mampu mengelola ekonomi Indonesia. 

"APBN yang dikelola secara efektif dan efisien penting untuk terus dijaga,” kata Andre.

Salah satu poin penting adalah defisit anggaran yang terus ditekan. Informasi dari otoritas keuangan negara akan berkisar sekitar 2,16% hingga dengan 2,64% dari PDB pada tahun depan. 

"Ini nilainya setara dengan Rp496,6 triliun sampai Rp 610,9 triliun. Artinya rasio utang terhadap PDB terus diminimalisir sehingga menekan pembiayaan. Sehingga pasar semakin dipercaya," kata Andre.

Menurut Andre, Pemerintah Indonesia terus memantau upaya pemerintah AS dalam upayanya untuk menaikan debt-ceiling, karena dampaknya bagi ekonomi dunia. Batas waktunya tanggal 1 Juni 2023 ini. 

"Katanya AS selalu menjaga komitmen pembayaran utangnya, ini sudah berlangsung sejak tahun 1789. Informasi saja, di AS, rasio utang terhadap PDB (debt to GDP ratio) sudah di atas 120%. Sedangkan di Indonesia masih sekitar 38%, ini khan jauh sekali. Kita pantau saja bersama-sama,” kata Andre.

Hal lain yang perlu dicermati adalah penerbitan utang sampai dengan akhir April 2023 ini yang mencapai Rp 243,9 triliun. Ini sama dengan sekitar 35% dari target pembiayaan dalam APBN 2023 yang sebesar Rp 696,3 triliun. 

"Memang 55,9% lebih tinggi dibanding tahun lalu, ini untuk menyelaraskan dengan strategi front loading pemerintah untuk mengantisipasi lag-effect kenaikan tingkat suku bunga acuan The Fed (bank sentral AS) dan Bank Indonesia,” kata Andre.

Terpenting pembiayaan utang ini masih didominasi oleh penerbitan SBN yang besarannya sekitar Rp 240 triliun. Sementara itu, realisasi pembiayaan dari pinjaman sebesar Rp 3,9 triliun, atau lebih rendah 72,7% dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 14,2 triliun. 

"Maka tidak salah kalau kita yakin dengan pasar keuangan Indonesia walau di tengah ancaman gagal bayar utang AS,” pungkas Andre. []